Muhamad Fadli, Alumni Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa |
MerangkaiIndonesia- Indonesia, begitulah nama yang tersemai pada Negara ini. Para pendiri Republik ini memberikan nama yang unik dan memikat. Jika kita menelisik jauh kebelakang melihat masa lalu yang kelam, Indonesia menjadi tujuan utama dalam hal perdagangan dan pencarian “harta karun” yang berlimpah. Lihatlah Bangsa-bangsa Eropa saat mendengar Indonesia seperti tempat yang tersimpan berjuta keberlimpahan dalam hal sandang, pangan dan papan. Negeri ini kaya, tanahnya subur dan beranekaragam budaya serta etnik dan ras yang terdapat di dalamnya. Pilu, begitulah yang dirasakan ketika para pendiri Negara ini dalam mempertahankan dan memperjuangkan Tanah yang dicintainya. Seolah nama besar Negara-negara Adidaya itu tak membuat mereka gentar dan mundur ke belakang. Mereka mempertahankan apa yang seharusnya mereka pertahankan, mereka rela meninggalkan istri dan anak-anak mereka tatkala dentuman dan genderang perang ditabuhkan. Pahlawan-pahlawan itu berisikan pemuda, jiwanya yang kuat dan tekadnya sekeras batu membuat tentara-tentara penjajah gentar dibuatnya. Inilah Indoesia dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya, hamparan daratan yang terbagi atas beberapa pulau ini tersimpan berjuta keindahan dan keelokan lainnya. Sejarah kelam itu, membuat Indonesia menata kembali kehidupannya yang harmonis dalam menghadapi era modernitas supaya eksistensi Negara ini tetap ada dan menjadi kontributor peradaban yang aktif di tingkat dunia.
Dalam beberapa periode terakhir, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang fluktuatif dan relatif cukup stabil dalam persaingan global di kancah Internasional. Hal ini terjadi karena Indonesia dijadikan sebagai target pasar utama oleh beberapa Negara dan menyimpan investasinya di Indonesia. Jika dilihat dari tingkat ekonomi dunia, Indonesia relatif stabil meskipun pada masa pemerintahan baru pak jokowi Indonesia kembali mengalami defisit yang angkanya sangat besar bahkan mencapai ribuan triliun rupiah.
Beberapa minggu yang lalu
saya menghadiri seminar Pak arif kirdiat selaku relawan kampung sekaligus
pemandu lapangan stasiun televisi nasional dan Internasional, saya mendengar
bahwa tingkat konsumtif orang Indonesia cukup tinggi dalam hal pemenuhan barang
dan jasa yang mereka perlukan dalam keseharian. Patut kita telaah lebih jauh
kembali, kenapa hal ini bisa terjadi dan mengapa Indonesia hanya menjadi “pemakai” bukan “pencipta” ? Salah satu jawaban profesor dari jepang melihat hal
ini sebagai kurang terjamahnya masyarakat miskin dan kurangnya fasilitas yang
ada di masyarakat dari ketidak pedulian pemerintah atau kurangnnya perhatian
pemerintah setempat dalam mengembangkan ekonomi dan pola pikir serta fasilitas
yang memadai bagi masyarakat terutama masyarakat bawah dalam kategori ini masuk
kedalam kalangan miskin. Tingkat konsumtif yang tinggi ini membuat negara kita
harus mengeluarkan banyak anggaran untuk mengimpor barang-barang untuk
digunakan di masyarakat serta adanya pinjaman dari Bank Dunia yang
memberlakukan bunga yang tinggi sehingga defisit negara kita semakin bertambah.
Poin-poin di atas adalah sedikit masalah yang terjadi pada negara ini, tentu dari fenomena di atas menjadi tanggungan anak cucu bahkan kita sendiri yang menjadi penanggung jawabnya. Patut kita sadari bahwa Negara ini berdiri bukan dari hadiah, bukan dari membeli, tapi hasil dari mengeluarkan darah dan keringat yang bercucuran di medan perang. Maka dari itu, generasi penerus yang ada saat ini haruslah memiliki jiwa ksatria seperti para pendahulu kita. Kita patut bersyukur bahwa dari tahun ketahun siswa yang ingin masuk perguraun tinggi di Indonesia tiap tahun naik, tapi kita juga harus melihat dari sudut pandang pendidikan lainnya.
Dalam
harian kompas yang diterbitkan pada tanggal 14 desember 2016, Negara indonesia
berada pada peringkat 60 dari 61 negara yang berpacu pada aspek minat membaca.
Lihatlah, peringkat kedua dari yang terakhir, betapa kecil minat membaca Warga
Indonesia. Apakah kita yakin bahwa Negara Indonesia suatu saat akan melahirkan
generasi emas jika minat membaca saja masih kecil ?
Aspek Pendidikan dalam persaingan
global saat ini harus ditingkatkan, kesesuaian zaman yang dahulu sampai
sekarang banyak sekali perubahan. Dari sini kita mengerti bahwa Indonesia
membutuhkan Orang-orang produktif untuk menjadikan Negara ini Negara yang maju
dalam aspek ekonomi, teknologi, militer, bahkan yang terpenting pendidikan .
Produk pendidkan akan menghasilkan orang-orang produktif nantinya. Kita mungkin
sering mendengar di tahun 2020-2045 Indonesia akan merasakan bonus
demografinya. Apakah artinya dari bonus demografi tersebut? Artinya di
tahun-tahun tersebut Indonesia akan memiliki orang-orang produktif berusia 15-65 tahun. Hal positif ini akan selaras jika pemberdayaan sumber
daya manusia terfasilitasi dalam pemenuhan kebutuhan persaingan global dan
manusia Indonesia unggul dalam segala bidang.
Dalam kaitannya dalam hal
pendidikan, ada salah satu peristiwa menarik dari Negara ini. Kurangnya
penghargaan yang setimpal dari prestasi anak bangsa dalam suatu cerita yang
disampaikan Pak Arif kirdiat menuturkan bahwa, ada sekelompok siswa asal
tangerang banten yang berhasil menjuarai kontes ilmiah di Eropa dan yang
diperlombakan tersebut adalah pertumbuhan dan panen kacang hijau yang cepat
dari biasanya. Guru dan sekolah mengajukan hak paten ke pemerintah, namun
pemerintah sampai saat ini belum mengakuinya. Guru dan sekolah tersebut
akhirnya menerima pinangan dari salah satu perusahaan Amerika dalam mematenkan
produk kacang hijau, hak paten itu bukan milik Indonesia namun milik perusahaan
Amerika. Anak-anak genius itupun mendapatkan beasiswa gratis untuk melanjutkan
studinya ke Negeri Paman Sam tersebut. Peristiwa ini menunjukkan bahwa
anak-anak bangsa Indonesia ini cerdas, berwawasam global dan belum adanya daya
tampung yang pas di Negara sendiri dan kurangnya fasilitas yang memadai dari
pemerintah.
Pandangan positif dari hal di atas
adalah, mungkin kita sering mendengar bahwa banyak sekali ilmuan-ilmuan asal
Indonesia yang berada di luar Negara sendiri dan menjadi peneliti dan pekerja
handal di Negara lain. Lihatlah, akan ada masanya nanti Indonesia akan menjadi
Soko guru dunia. Melihat perkembangan dan pertumbuhan penduduk di berbagai
negara terutama di Negara maju minim sekali anak muda yang berumur produktif. Angka kelahiran bayi di luar Negeri
relatif kecil dibandingkan Negara berkembang termasuk Indonesia. Fenomena
seperti ini seharusnya bisa dimanfaatkan Negara Indonesia sebagai pemasok
peneliti dan pekerja hebat di seluruh dunia, tapi harus dicatat bahwa
keberadaan mereka di luar Negara lain harus memberikan dampak dan kontribusi
positif bagi kelangsungan Negara kesatuan Republik Indonesia sendiri.
Bonus demografi akan menjadikan
Indonesia sebagai Negara yang mempunyai pasokan sumber daya manusia yang
produktif dan inovatif. Siswa-siswi Indonesia tak kalah hebat dengan
Negara-negara adidaya, andaikata pemerintah mampu memiliki program pemberdayaan
yang tepat dan mampu menampung ilmuan yang kelak akan membangun dan menjadikan
Negara ini terdepan di dunia maka Indonesia menjadi poros kekuatan baru dunia.
Tantangan lainnya yang muncul pada
Negara kita ialah arus globalisasi yang membuat nilai-nilai norma sedikit demi
sedikit mulai habis, ini akan menjadi ancaman serius jika pemerintah dan
keamanan Negara tidak mampu menjaga anak-anak Bangsa dari Narkotika dan
kenakalan remaja lainnya. Banyak yang harus dibenahi dahulu sebelum kita
merasakan dampak dari bonus demografi tersebut. Persoalan lain yang harus kita
hadapi ialah Indonesia mengalami krisis eksistensial, kirisis ini meliputi
dimensi krisis moral, intelektual dan spiritual. Fenomena yang sedang terjadi
di Negara ini, banyak memang anak-anak Bangsa yang cerdas namun tidak sedikit
pula anak-anak bangsa yang memliki krisis moral, intelektual dan spiritual.
Baca Juga:
Hal lain yang harus diperhatikan
dalam era globalisasi ini dengan kaitannya pada ledakan penduduk adalah adanya Perubahan
Iklim yang terjadi pada Sebagian Negara di dunia mengalami cuaca ekstrim dan situasi suatu bangsa mengalami
permasalahan-permasalahan terkait dengan makanan. Jika melihat jumlah penduduk
dunia yang setiap hari angka kelahirannya bertambah dan mencapai milyaran maka
jumlah kebutuhan makanan yang harus terpenuhi akan berbanding lurus dengan
jumlah penduduk di muka bumi ini. Mengapa penulis menginformasikan seperti ini,
karena akan ada di masa depan perang itu tidak menggunakan senjata, tidak untuk
mencari minyak bumi dan mencari emas tetapi perang di masa depan aka terjadi
karena kebutuhan makanan dan pasokan makanan yang cukup. Saat ini Indonesia
masih banyak melakukan impor dari beberapa Negara di ASEAN seperti vietnam dan
thailand. Kita berharap agar suatu saat nanti Indonesia menjadi swasembada
pangan dunia.
Jika belum saatnya kini mungkin nanti, ada pak habibi yang menjadi primadona Bangsa Jerman dan lain sebagainya. Itu dulu, di masa depan kita akan menemukan banyak yang setipe dengan kecerdasan dan kehebatan pak habibi bahkan lebih baik. Instrumen terpenting dari apa yang didapatkan ialah produk dari pengolahan sumber daya manusia dari pemerintah. Jika kita berharap pada bonus demografi yang melimpah dan tidak seriusnya daya dukung pemerintah dari mengelolanya, bisa saja di tahun-tahun depan akan menjadi biasa-biasa saja jumlah demografi itu. Tapi jika pemerintah mampu menangani ini semua, maka Indonesia akan menjadi soko guru masa depan dunia dan menjadikan Indonesia sebagai pemimpin dunia. Kita doakan supaya generasi yang sedang mengemban pendidikan kini, menjadi generasi emas pada saatnya nanti. Untuk bangsa dan almamater, kemajuan Indonesia adalah tanggung jawab bersama dan menjadikan Indonesia menjadi soko guru masa depan dunia, Aamiin.
Tulisan ini direlease sekira tahun 2017 saat penulis mengikuti lomba Essay di Jurusan Pendidikan Biologi Untirta
0 Komentar