Untuk Semua Pemimpin Baru di Kampus, Ayo Kuat!

     


    Kehidupan yang kita jalani memiliki banyak dinamika dan permasalahan untuk mendewasakan serta membuat pemikiran kita bisa lebih matang untuk menjalankan hal-hal yang lebih besar. Kadangkala dinamika membuat debar jantung kita lebih "Ngederegdeg" kalau kata orang Banten dengan hadirnya rasa takut, khawatir, serta pikiran-pikiran negatif yang hinggap di kepala kita.

    Kondisi tidak nyaman ini hadir saat kita akan menghadapi persoalan bukan hanya menyangkut tentang diri kita, namun tentang orang lain, organisasi dan hal lainnya. Contohnya saja ketika saya memasuki dunia kampus, saya tidak pernah terpikirkan akan diberikan amanah menjadi ketua, menjadi ketua bidang atau amanah lain yang dianggap kita mampu menjalankannya. Ketika dimintai menjalankan dan memegang amanah tertentu saya selalu dihinggapi rasa khawatir, tidak bisa menjalankan amanah dengan baik, atau saya menyianyiakan amanah. Saya selalu percaya bahwa semua yang terjadi adalah takdir dan sudah ketentuan dari Allah Subhanahuwata'ala, tetapi seringkali kita sendiri heran, merasa aneh atau minder dengan apa yang kita jalani atau bahasa kerennya merasa "inferiority complex" merasa kita tidak pantas dan rendah diri untuk menjalankan itu semua.

    Merasa heran dengan apa yang terjadi saat ada amanah datang terhadap kita, apakah memang kita ini layak di pandangan orang lain atau memang Allah sedang menguji kita jika kemampuan yang kita miliki bisa lebih dari saat ini selain memang ini semua sudah TakdirNya. Saat Saya semester 3 misalkan, kurang lebih baru satu setengah tahun di kampus, saya sudah diminta untuk memimpin sebuah lembaga kampus setingkat fakultas, saya heran kenapa harus saya dan kenapa Allah menunjuk saya melalui wasilah orang lain. Awalnya ragu, minder serta merasa rendah diri, namun kemudian secara perlahan saya meyakinkan diri dan berdoa kepada Allah supaya dimudahkan dan dipertemukan oleh orang yang sepemikiran, mau berjuang serta bisa saling memahami satu sama lain untuk kepentingan bersama dan organisasi yang sedang butuh perbaikan. 

    Alhamdulillah, sambil mengaca diri dan membuka komunikasi dengan senior atau kakak tingkat, saya belajar dari mereka, saya mendengarkan mereka serta saya menggali apa yang ada di kepala mereka kemudian diadopsi dan diadaptasikan ke dalam kepengurusan yang saya jalani. "Learning by doing kata mereka sambil meminta diri untuk senantiasa membaca buku, berdiskusi serta tak lupa beribadah dan tawakal karena apa yang kita lakukan hanya sekedar wasilah untuk kebaikan orang lain dan generasi mendatang. 

    Menjadi ketua di organisasi memiliki banyak tuntutan, kita harus bisa memanajemen kuliah dan diri kita, memanajemen organisasi serta melatih diri kita untuk terbiasa pada keadaan yang merenggut zona nyaman kita, saya teringat bahwa para pemimpin besar semacam Bung Karno, Bung Hatta, mereka tidak berada pada zona nyaman dan berjuang untuk kehidupan orang banyak sehingga peninggalan pikiran-pikiran dan karya mereka selalu kita baca dan diskusikan. Keluar dari zona nyaman memang sudah menjadi tuntutan seorang pemimpin karena sejatinya kehidupannya selalu dihinnggapi kegelisahan untuk perubahan dirinya dan perubahan untuk lingkungannya.

    Bermodalkan tawakal dan belajar sambil melakukan, saya perlahan-lahan menjalani amanah dengan menikmatinya dan selalu memikirkan bahwa ini semua akan berakhir, ya! amanah hanya satu tahun dan kita harus menjalaninya dengan baik supaya "legacy"  atau budaya baik yang kita lakukan hari ini memberikan gambaran untuk generasi mendatang. 

    Menjalankan amanah tidak mudah, kita tidak bisa terhindar dari cercaan orang lain bahkan hinaan orang lain. Jika kita berlarut pada keminderan dan rendah diri kita tidak akan memiliki mental pejuang, tetapi jika cercaan itu kita jadikan motivasi maka kita akan jadi percaya diri dan memiliki mental yang tangguh. Seperti kata Tan Malaka, "Terbentur, terbentur, terbentuk". Keluar dari zona nyaman, mendapat cercaan, diragukan kepemimpinannya, serta pandangan negatif semestinya tidak menghentikan semangat kita untuk menjalankan amanah dan berjuang. Setelah dijalankan itu semua hanya kerikil yang perlu kita singkirkan dari kepala kita, barangkali yang membuat minder dan tidak percaya diri adalah diri kita sendiri.

    Yakinlah bahwa kehidupan ini adalah asbab kausalitas atau sebab-akibat. Apa yang kita jalankan dengan baik dan penuh perjuangan, InsyaAllah berkat Ridho Allah kita akan mendapatkan manisnya perjuangan yang kita lakukan. Kehidupan ini banyak sekali pilihan-pilihan, kita bisa saja menyesali apa yang kita pilih dan berlarut-larut atau kita menjalani pilihan tersebut dengan baik dan menikmatinya serta tidak berlarut menyesali perbuatan kita.

    Saat situasi sulit kadangkala kita butuh tempat saran dan masukan atau hanya sekedar teman mendengarkan, Abraham Lincoln presiden Amerika Serikat pernah mengontak temannya untuk hanya sekedar mendengarkan opini Abraham Lincoln dan masalah yang dihadapinya setelah itu dia pergi tanpa meminta pendapat apapun. Maka, jika memang tidak ada orang yang tepat untuk mendengarkan masalah kita atau hanya sekedar tempat curhat, cukup untaian doa dan dzikir menjadi obat penenangnya. (Bersambung)


Muhamad Fadli

Posting Komentar

0 Komentar