Hari demi hari terasa kehidupan semakin mencapai titik kulminasinya, perputaran kehidupan begitu cepat tanpa sadar membuat sebuah fatamorgana masa lalu menjadi realita di hari ini. Mari kita coba bernostalgia sejenak, saat kita kecil kehidupan terasa sederhana atau simple. Ingatkah ketika kita menangis melihat mainan atau makanan yang kita inginkan kemudian mudah dibelikan begitu saja oleh orang tua kita jika memang orang tua kita tak keberatan tentang itu semua. Ingatkah saat polosnya kita saat tak mau bermain dengan teman yang dia terlalu pelit untuk berbagi tentang masalah permen saja.
Semua orang berproses membentuk pribadinya, saat kecil kemudian transisi ke masa remaja. Pergaulan dan lingkungan menciptakan sebuah kebiasaan atau budaya dalam diri kita yang kelak suatu saat nanti dibawa saat transisi ke masa dewasa dan lingkungan yang baru. Setiap fase pergaulan akan menemukan hal baru seperti teman baru, sifat baru orang lain, suasana baru dan tentu penerimaan lingkungan baru tersebut terhadap diri kita. Kebanyakan orang memang canggung saat pertama kali masuk dalam lingkungan baru atau bahkan bertemu orang baru. Pertemuan-pertemuan inilah yang kelak akan menemukan seseorang terhadap sosok teladan yang bisa membuat orang lain tergerak untuk bisa mencontoh perilakunya atau hal baik lain yang bisa dicontoh.
Sifat manusia adalah pembelajar, saat bayi belajar jalan, belajar bicara, hingga dewasa belajar hal-hal spesifik dengan didorong rasa keingin tahuan tinggi. Kebanyakan orang akan lebih dewasa bersikap sesuai dengan lingkungan mana yang meraka temui, mereka dipertemukan oleh orang-orang berpikiran dewasa dan bijak dari banyak pengalaman yang mereka miliki. Tentulah sifat ini juga diturunkan dari sifat kedua Orang tua. Sifat pembelajar adalah anugerah yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk digunakan mencari ilmu-ilmu yang berceceran di atas dunia.
Kaya harta itu hasil, belajar itu proses. Belajar tentu bukan hanya di sekat-sekat ruang kelas dengan ada guru atau dosen sebagai pembimbing. Tapi kehidupan sesungguhnya menuntut manusia tergerak, mencari dan menemukan sebuah arti yang lebih berharga dari sebuah hidup. Belajar adalah proses pendewasaan sesungguhnya dari apa yang telah dilalui atau didapatkan dari bertemunya manusia dengan masalah. Perenungan dan ilmu didapatkan pasca terbentur dari sebuah masalah.
Manusia adalah subjek pembeda di muka bumi, kalimat ini menuntun kita terobsesi bahwa manusia adalah pencipta keindahan sekaligus perusak yang ada di muka bumi. Sifat belajar dan keingintahuan menuntun mereka pada kehausan mencari ilmu-ilmu yang berceceran yang belum ditemukan sebelumnya. Obsesi belajar ini bagus jika maksud dan tujaun baik, tapi akan menjadi sebaliknya jika belajar ini tidak bisa terkontrol dan menjadi pertanda buruk bagi muka bumi.
Rasa ingin tahu adalah baik, buruk jika tidak baik. Rasa ingin tahu adalah awal dari pencarian ilmu atau belajar, tanpa adanya rasa ingin tahu manusia tidak akan berusaha mencari dan mencapai sebuah hal besar dalam hidup mereka. Rasa ingin tahu akan baik jika dimaksudkan mencari sebuah titik terang dari sebuah masalah yang ada. Rasa ingin tahu akan ada pada sifat manusia yang haus akan pengetahuan dan ilmu.
Hal-hal tersebut di atas akhirnya menempatkan manusia pada derajat yang tinggi di Sisi Tuhan Yang Maha Esa, balutan nilai-nilai Ketuhanan pada manusia akan melahirkan sifat integritas dan penjagaan pada bumi. mereka yang memiliki sifat penghambaan pada Tuhan akan mempersembahkan yang terbaik untuk Tuhan manusia. Sifat yang tertuang dalam kesehariannya akan selaras dengan ajaran atau dogma yang dianutnya. Tentulah masalah hidup ada pro dan kontra, namanya juga hidup. Hidup akan hidup jika ada pro dan kontra karena dari situ manusia akan belajar. Akhirnya, belajar dan hasil belajar atau karya manusia yang kekal namun tubuh dan diri manusia fana termakan usia dan Tuhan yang abadi.
2 Komentar